}

Jumat, 31 Oktober 2008

Misionaris Sabda Allah: Menghadirkan Allah Dalam Dunia


Misionaris Sabda Allah:
Menghadirkan Allah Dalam Dunia
(Suatu Pemahaman Tentang Misi Yang Peka Zaman)

Oleh Herri Kiswanto Sitohang*
I. Pengantar
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, Untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin dan Ia telah mengutus Aku: untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4 : 18-19). Inilah misi Yesus Kristus di dunia ini. Sungguh, Yesus Kristus adalah Misionaris pertama dalam sejarah iman kristiani, selanjutnya diikuti oleh para rasul dan murid lainnya hingga dewasa ini. Dialah Misionaris sejati yang mendasarkan dan mewartakan kerajaan Allah secara nyata dunia ini sesuai dengan zaman-Nya. Kehadiran Yesus Kristus sungguh menampilkan sikap dan semangat seorang Misionaris sejati. Ia tak pernah kenal lelah dan gentar dalam mewartakan kerajaan Allah. Menurut Kisah Para Rasul, misionaris adalah manusia dari Allah yang berjalan di dunia dengan mata terbuka, mendekati semua orang untuk menyampaikan kabar gembira kepada mereka. Dalam rangka inilah, juga seorang Misionaris Sabda Allah harus menjadi manusia dari Allah yang berjalan di dunia dengan mata terbuka, mendekati semua orang untuk menyampaikan kabar gembira kepada mereka. Secara nyata, hal itu dapat kita lihat dan teladani dalam diri Yesus Kristus. Oleh karena itu hidup setiap Misionaris Sabda Allah diharapkan mampu menjadi cerminan dari hidup Yesus Kristus sendiri. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, setiap Misionaris Sabda Allah harus menjadikan Yesus Kristus yang sungguh Allah dan manusia sebagai pusat dan model hidup dalam karya dan pelayanannya.
Dalam konteks zaman yang pluralis, dimana terdapat manusia dengan latar belakang, agama maupun kepercayaan yang berbeda-beda. Sisi ke-Allah-an Yesus Kristus harus menjadi sentrum (pusat), Theosentris, dari pada sisi Yesus Kristus sebagai orang Nazaret. Sebab tidak semua manusia maupun agama mengakui Yesus, sekalipun Dia adalah Allah. Suatu perkara nama dan letak geografis. Hal itu bertujuan agar misi tidak dilihat dan dipahami sebagai misi yang bersifat ekslusif (hanya untuk dan lingkup orang Kristen), tapi misi yang bersifat inklusif (mencakup, melingkupi dan terbuka untuk semua manusia/agama), yakni misi yang menawarkan dan mewartakan kerajaan Allah kepada semua manusia. Misi yang menembus batas-batas pemisah! Hal ini juga berarti bahwa tujuan misi seorang Misionaris Sabda Allah bukan supaya manusia beragama Kristen, tetapi pertama-tama adalah supaya manusia beriman kepada Allah. Dengan kata lain, kehadiran seorang Misionaris di tengah medan misi (dunia), haruslah mengungkapkan dan menampilkan kehadiran Allah sendiri, yakni Allah yang diimani dan diakui oleh semua manusia, sekalipun dengan substansi yang berbeda-beda.
Dengan penuh penyerahan diri dan kepercayaan akan Kehadiran Allah Tritunggal, seorang Misionaris Sabda Allah diutus untuk menjadi saksi pembawa harapan dan kehidupan baru bagi dunia. Walaupun dahulu tugas ini ditawarkan untuk untuk bangsa tertentu, pada masa dan tempat tertentu, namun dewasa ini misi senantiasa ditawarkan kepada setiap orang, melampaui batas-batas budaya, waktu dan tempat. Dalam hal inilah, Seorang misionaris harus menjadi mercusuar Pembawa Berita Gembira dan menjadi rambu hidup yang mengingatkan setiap orang bahwa ‘Allah begitu besar mengasihi kita dan akan selalu berserta kita’. Misionaris Sabda Allah dipanggil untuk mengambil bagian dalam misi Allah (Missio Dei). Misi-Nya adalah misi setiap Misionaris Sabda Allah dan umat kristiani pada umumnya. Melalui mereka Kristus melanjutkan perutusan-Nya, yakni membawa kabar gembira kepada semua manusia/bangsa dan memaklumkan cinta Allah yang membebaskan dan menyatukan manusia.

II. Misionaris Sabda Allah: Menghadirkan Allah Dalam Dunia
Seorang Misionaris bermisi untuk memperhatikan atau sekurang-kurangnya membuat orang melihat kehadiran Allah penyelamat yang tak kelihatan melalui tubuhnya yang kelihatan. Radikalitas penghayatan injili seorang Misionaris Sabda Allah dengan cara hidup yang khusus mewahyukan aspek misteri kehidupan Kristen (bdk. LG 44c). “Melalui mereka Gereja makin hari makin lebih menampilkan Kristus kepada kaum beriman maupun yang tak beriman”(LG 46a). Misi seorang Misionaris tidak terbatas hanya untuk orang-orang beriman tapi juga untuk orang yang tak beriman. Suatu misi yang tidak mengenal batas atau sekat-sekat pemisah. Melainkan mencakup dan melingkupi semua dan untuk semua serta sesuai dengan tuntutan zaman, sebab kerajaan Allah ditawarkan untuk semua manusia dan agama. Dalam hal ini, kesaksian seorang Misionaris harus didasarkan pada karunia pribadinya dan keterbukaannya kepada Roh Kudus, sebab misi pertama-tama adalah karya Allah.

2.1 Misionaris Sabda Allah Mengikuti Kristus Dalam Bentuk Radikal
Realitas terdalam hidup gereja dan setiap anggotanya adalah kesatuannya dengan Kristus yang bangkit dan dengan Bapa dan Roh Kudus. Misionaris Sabda Allah dipanggil untuk masuk dalam persatuan yang akrab dengan Yesus dan Bapa dalam Roh Kudus. Setiap Misionaris Sabda Allah dipanggil untuk mengikuti Kristus secara lebih dekat (bdk. LG 42d; PC 1b). Makna mengikuti Kristus secara lebih dekat dapat dilihat secara langsung dalam relasi personal Misionaris Sabda Allah dalam hidupnya, yakni: Hidup dengan Kristus, hal ini berarti bahwa setiap Misionaris Sabda Allah harus memilih Kristus sebagai teman hidup yang setia untuk mendampingi seumur hidup. Kristus sebagai model hidup, hal ini ingin menungungkapkan suatu keputusan yang tegas dalam mencontoh ataupun meneladani Kristus yang hidup “perawan, miskin dan taat” (bdk. PC 25). Hidup untuk Dia, hal ini bermaksud untuk menyadarkan setiap Misionaris Sabda Allah bahwa hidupnya adalah hidup yang hanya dipersembahkan untuk Allah dan karya-Nya. Oleh karena itulah, Misionaris Sabda Allah harus selalu melayani Gereja (umat Allah dalam arti dan secara keseluruhan) sebagai Tubuh Kristus sendiri dan berperan serta dalam misi-Nya, seperti yang terungkap dalam Luk 4 : 18-19: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, Untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin dan Ia telah mengutus Aku: untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” Dengan demikian, apa yang telah dibuat oleh Yesus demi keselamatan manusia dapat mencapai hasilnya didalam semua manusia (AG 3).
2.2 Meyampaikan Kabar Baik Kepada Orang-orang Miskin
Orang miskin telah menjadi bagian dari kehidupan gereja universal, bahkan sejak zaman Yesus. Hal itu juga telah menjadi kenyataan yang kompleks dalam gereja hingga dewasa ini. Dalam kitab suci sangat mencolok hubungan antara orang miskin dengan Yesus. Bentuk kemiskinan yang dihadapi oleh Yesus adalah orang-orang miskin secara fisik, ekonomis, sosial, politis dan religius.
Mereka itulah yang menjadi sasaran pewartaan Yesus. Yesus sungguh dekat dan bersahabat dengan mereka. Ia tidak membawa pengadilan bagi mereka melainkan membawa pengampunan dan pembebasan. Sikap yang ditampilkan oleh Yesus ini mau menunjukkan bahwa Allah tidak meninggalkan mereka dan Allah hadir dalam penderitaan serta keprihatinan mereka. Melalui dan dalam diri Yesus, kaum miskin dan menderita mengalami tanda-tanda datangnya kerajaan Allah dalam hidup mereka melalui kuasa dan cinta kasih yang diberikan oleh Yesus sendiri. Sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Yesus secara langsung telah mengungkapkan suatu pembebasan dan pengangkatan harkat dan martabat kaum miskin sebagai ciptaan Allah. Pada akhirnya, kehadiran Yesus sebagai orang miskin ke dunia ini juga menjadi suatu tanda bahwa Yesus hadir dan ada dalam diri orang miskin serta mewartakan kabar baik kepada orang miskin.
Sebagaimana Yesus menampilkan sikap keberpihakan-Nya terhadap kaum miskin, demikian juga Misionaris Sabda Allah dipanggil untuk melanjutkan dan melakukan misi yang sama. Sikap seorang Misionaris Sabda Allah terhadap orang miskin secara jelas diuraikan dalam konstitusi no. 112 yakni : “ Orang miskin mendapat tempat khusus dalam injil. Dalam satu dunia yang sangat dilukai oleh ketidakadilan dan keadaan hidup yang tak berprikemanusiaan, iman kita mendesak agar kita mengakui kehadiran Kristus dalam diri orang miskin dan tertintandas. Oleh sebab itu kita melibatkan diri dalam usaha mengembangkan persatuan dan keadilan serta menanggulangi egoisme dan penyalahgunaan kekuasaan. Maka hendaknya kita memandang sebagai kewajiban kita untuk memajukan keadilan menurut injil Kristus dalam sikap solider dengan kaum miskin dan tertindas ”.
Hal itu juga dipertegas dalam pernyataan Kapitel General SVD ke-15 tahun 2000 yakni bahwa panggilan misioner Misionaris Sabda Allah adalah suatu panggilan kepada dialog profetis dengan kaum miskin dan yang tersingkirkan. Tentu saja orang miskin secara material selalu terbilang diantara orang-orang yang mengalami penindasan yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti ; gender, ras, penampilan, kemampuan fisik, politik, pendidikan, status sosial, dll. Dalam berhadapan dengan situasi-situasi tersebut, Misionaris Sabda Allah diharapkan mampu mencapai suatu pemahaman yang lebih mendalam yakni bahwa perjuangan seorang Misionaris Sabda Allah bukan hanya melawan kelaparan, ketidaktahuan dan pemerkosaan hak azasi manusia, melainkan terutama melawan kebejatan didalam hati manusia yang merupakan akar pelbagai struktur dan sistem penindasan yang menyebabkan kemiskinan. Hal itu dilaksanakan dengan cara mengembangkan struktur-struktur dimana kaum miskin tidak melulu sebagai pengamat pasif tetapi menjadi pelaku aktif didalam masyarakat pada umumnya maupun didalam jemaat gerejani. Seorang Misionaris Sabda Allah juga memberi tanggapan manakala bersama dengan gereja lokal berjuang untuk memberdayakan kaum miskin agar bertumbuh menuju kesejahteraan yang layak serta menggapai martabat manusia yang lebih penuh.

2.3 Memberitakan Pembebasan Kepada Orang-orang Tawanan dan Penglihatan Bagi Orang-orang Buta
Di tengah zaman dan berbagai kondisi yang mewarnai kehidupan, Misionaris Sabda Allah dituntut untuk selalu membawa suka cita dan pengharapan bagi setiap insan, khususnya bagi mereka “yang tertawan dan yang buta”. Dalam konteks dunia dewasa ini, orang yang tertawan dan buta bukan semata-mata mau mengungkapkan keadaan fisik (artifisial). Sekalipun hal itu memang banyak terjadi dan dialami manusia dewasa ini. Akan tetapi situasi itu juga mau mengungkapkan suatu keadaban yang diwarnai rasa curiga, iri hati, perselisihan dan balas dendam. Suatu situasi hidup yang sudah terkurung dan terkungkung dalam kejahatan dan kebutaan hati, yang mengakibatkan orang tidak lagi melihat sesamanya sebagai “saudara”, melainkan sebagai “mangsa” yang harus ditawan, disingkirkan dan dibasmi. Suatu situasi hidup yang sungguh beringas dan tragis.
Dalam keberingasan dan ketragisan hidup seperti itu, Misionaris Sabda Allah dipanggil untuk membawa dan menghadirkan suka cita dan pengharapan. Suka cita dan pengharapan tersebut hanya nampak apabila setiap Misionaris Sabda Allah mampu menampilkan keterlibatannya dalam memerangi kebejatan yang ada dalam hati manusia, sebab hal itulah yang sering kali menjadi sumber dari segala bentuk kejahatan dan kebutaan hati manusia itu sendiri. Suka cita dan pengharapan akan muncul apabila Misionaris Sabda Allah mampu bekerja sama dengan semua lapisan dan golongan dalam persoalan yang menyangkut keadilan dan perdamaian. Itulah bukti komunikasi kasih Allah yang membebaskan kepada manusia. Kasih yang bergerak mengatasi ciri egoistis (Passing Over). Kasih Allah yang nampak lewat keterlibatan-Nya dalam setiap persoalan hidup manusia. Kasih tidak lagi sekedar sebagai suatu 'perintah', namun merupakan tanggapan akan rahmat kasih yang menjadikan Allah menjadi dekat dengan kita. Di tengah dunia di mana nama Allah seringkali dikaitkan dengan balas dendam atau tindakan kebencian dan kekerasan, pesan ini menjadi aktual dan penting.
Hal itu mau mengungkapkan bahwa Allah yang menjadi manusia juga mau merasakan dan mengalami persoalan-persoalan hidup manusia. Allah tidak hanya menonton pergumulan manusia atau hanya melihat manusia waktu penderitaan mendera. Ia tidak membiarkan manusia bekerja sendirian tetapi bekerja bersama manusia dalam mengadapi segala persoalan manusia. Dalam hal inilah, kehadiran seorang Misionaris Sabda Allah akan tampak sebagai sebagai kehadiran Allah sendiri dalam dunia.

2.4 Membebaskan Orang-orang Tertindas dan Memberitakan Tahun Rahmat Tuhan Telah Datang
Menjadi Misionaris Sabda Allah berarti menjadi Misionaris yang meneladani Yesus Kristus. Dialah Allah yang telah menjadi manusia dan mau terlibat dalam segala persoalan manusia. Dengan mengalami nasib sebagai manusia, Yesus menyatakan solidaritas-Nya dengan manusia yang dipandang sekadar manusia, yaitu mereka yang miskin tak bermilik, sakit kusta, lumpuh, buta, sampah masyarakat, dan lain-lain. Solidaritas Yesus tinggal bersama-sama dengan manusia untuk membesarkan hati kaum kecil, lemah, miskin, dan tersingkir. Kepada mereka diwartakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang (Luk 4:18-19). Mereka diberi harapan untuk bertahan dan berjuang memelihara kehidupan sebagai anugerah Allah Sang Pencipta, Bapa-Nya. Orang-orang miskin diberi-Nya pencerahan bahwa dengan solidaritas mereka mampu saling memberdayakan. Bahkan sebagai ungkapan solidaritas-Nya dengan manusia, hidup-Nya sendiri Ia berikan supaya manusia dan seluruh alam semesta selamat dan hidup. Wafat dan kebangkitan Kristus menjadi puncak penganugerahan rahmat yang berlimpah dari Allah kepada manusia, yakni rahmat keselamtan. Allah yang menawarkan diri demi keselamatan manusia adalah Allah yang melibatkan diri dalm nasib dan sejarah manusia, Allah yang peduli akan manusia dan kehidupannya. Karena solidaritas dan keterlibatan-Nya, Ia rela mati di salib sebagai manusia dalam daging (Fil 2:8).
Demikianlah halnya dengan Misionaris Sabda Allah hendaknya mampu menerjemahkan “keterlibatan Allah” tersebut dalam hidup, karya dan pelayanan yang konkret di tengah dunia yang sering kali jauh dari keterlibatan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Individualis! Seorang Misionaris Sabda Allah harus menampilkan dalam dirinya Allah yang terlibat sebagai daya liberatif, sebagai Dia yang ingin menyembuhkan dan menyelamatkan seluruh dunia dalam segala dimensinya.

III. Penutup
Misionaris Sabda Allah: Menghadirkan Allah dalam dunia bukan persolan kehadiran fisik saja. Akan tetapi, lebih menyoal bagaimana seorang Misionaris Sabda Allah mampu menjadi tanda kehadiran Allah dalam dunia, yaitu Allah yang nyata dalam diri Yesus Kristus. Allah yang berkarya dan bermisi demi keselamatan seluruh manusia, yakni Allah yang terlibat, spiritualitas terlibat. Aktualisasi Misi Allah (Missio Dei) yang diemban dan dilanjutkan oleh seorang Misionaris Sabda Allah lewat spiritualitas terlibat itulah yang menjadi tanda nyata kehadiran Allah dalam dunia. Singkatnya, misi yang menampilkan keterlibatan Allah dalam kehidupan manusia, dalam nasib dan sejarah manusia, misi yang menampilkan Allah yang peduli akan manusia dan kehidupannya dan akhirnya Allah yang menawarkan diri demi keselamatan manusia. Misionaris Sabda Allah dipanggil untuk mengikuti gerak inkarnatoris Allah yang menjadi nyata dalam seluruh peristiwa Yesus Kristus. Misi yang sunguh menampilkan kepekaan dan tanggapan terhadap tuntutan zaman yang dihadapi.
Seperti Allah sendiri, seorang Misionaris Sabda Allah tidak boleh lari dari kenyataan Zaman atau dunia yang keras dan yang sering kali tidak beradab. Ia juga tidak boleh menunggu sampai dunia ini beradab lebih dahulu, melainkan diutus untuk masuk ke dalam dunia yang tidak beradab itu dan mewujudkan hakikatnya dengan mengupayakan keadaban publik. Bila seorang Misionaris Sabda Allah menemukan jati dirinya dalam Yesus Kristus yang menjadi manusia, maka seperti Kristus, seorang Misionaris Sabda Allah pun harus berani mengalami nasib menjadi korban untuk menghadirkan dan mewartakan Kerajaan Allah yang memerdekakan. Dalam hal ini dibutuhkan suatu semangat martirya demi kerajaan Allah!



*Mahasiswa STFT Widya Sasana-Malang
(Anggota Serikat Sabda Allah)
Jl. Terusan Rajabasa 6










Daftar Pustaka

Buku:
Banawiratma,J.B, SJ. Berteologi sosial lintas Ilmu. Yogyakarta : Kanisius, 1993.

Kleden, Budi, Paulus, SVD. Teologi Terlibat. Maumere: Ledalero, 2003.

SVD, Jenderalat. Tahun Misionaris Sabda Allah Membaca Kitab Suci. Roma: Penerbitan SVD, 2005.
_____________, Mendengarkan Roh : Tanggapan Misioner Kita Dewasa Ini. Roma: Kapitel Jenderal SVD ke-15, 2001.

Dokumen Gereja:
Alkitab. Jakarta: LAI, 2003.

Benediktus XVI. Esiklik Deus Caritas Est. Jakarta: DOKPEN KWI, 2005.

Dokumen Konsili Vatikan II (Terj. R. Hardawiryana, S.J.). Jakarta: Obor, 1993.

Konstitusi Dan Direktorium Serikat Sabda Allah. Ende: Percetakan Arnoldus, 2001.

Paulus II, Yohanes. Redemptoris Missio. Jakarta: DOKPEN KWI, 1990.

Internet:
http://www.svdcuria.org/public/ajsc/2006/0604id.htm, tgl 10 Mei 2008.

http://mirifica.net/, diakses tgl.10 Mei 2008.